Monday, July 7, 2014

Writing and Me

Saya tidak begitu ingat kapan saya mulai menulis cerita. Tapi saya ingat tulisan pertama saya. Kebetulan saya masih menyimpannya di tumpukan harta karun masa lalu saya. Terus-terang saya tidak pernah membacanya lagi. Kenapa? Karena terakhir kali saya membacanya, saya tertawa terbahak-bahak menganggap diri saya konyol dan bodoh sekali bisa menulis cerita yang oh-my-god-is-it-even-real seperti itu.

Pokoknya jelek. Sejelek-jeleknya. Tata bahasa, gaya penulisan, dialog, karakter, deskripsinya tidak ada yang beres. Sebenarnya ceritanya sih lumayan (ya, iyalah kan selera saya nggak separah itu). Kisahnya mengenai kerajaan Cina zaman dahulu dengan kaisar, selir, kasim, pangeran, putri, dan dayang-dayang. Sewaktu cerita itu ditulis, saya sedang tergila-gila dengan serial Putri Huan Zhu yang suka ditonton nenek saya setiap sore di Indosiar. Jadi, apa yang saya tulis pasti sesuai dengan selera saya waktu itu.

Menjadi penulis itu di luar bayangan saya. Tapi lucunya, setelah selesai dengan tulisan pertama saya yang super hancur-lebur itu, otak saya nggak bisa berhenti mencari ide. Seperti mesin otomatis yang langsung "cling" setiap kali adegan menarik muncul di kepala, dari situlah saya mulai mengumpulkan semua ide di dalam buku coret-coret saya. Kadang saya menulis prolognya saja, kadang saya menulis dialog-dialog menarik saja, kadang saya menulis hanya bab satunya saja, dan sampai akhirnya mama saya membeli komputer desktop buat dipakai di rumah. Pokoknya kesimpulan dari pengalaman saya itu, sebaiknya sediakan komputer lebih dari satu di rumah jika ada salah satu penghuni rumahmu yang gila menulis. Komputer desktop itu saya abuse buat menciptakan banyak kisah yang tidak selesai (sayangnya dia sudah tua dan dijual sekarang... my precious computer T_T).

Begitulah awal dari saya menulis. Terus naik dan turun, setengah-setengah, dan akhirnya saya sampai pada titik di mana saya ingin menciptakan buku sendiri. Kebetulan karena saya suka romance, jadi saya nulisnya romance.

Tapi dua tahun lalu, saya mulai merambah ke dunia fantasi. Saya jatuh cinta dengan novel-novel seperti Hunger Games, Iron Fey, dan Eon. Saya akhirnya mencoba pindah haluan. Awalnya sulit karena menulis fantasi membutuhkan lebih dari sekadar dialog dan karakter. Fantasi butuh deskripsi yang kuat dan magical moment yang menggigit. Namun setelah berjuang dengan susah-payah (maaf, ini lebay) saya akhirnya menyelesaikan proyek pertama saya yang dinamakan seri Achlodia.

Buat saya, menulis adalah hobi pada awalnya. Sesuatu yang selalu saya lakukan jika saya menemukan waktu luang di sela-sela sekolah dan hobi membaca saya yang juga agak keterlaluan (mama saya mungkin sudah tidak mau membelikan novel untuk saya lagi karena rak buku saya sudah penuh). Namun semakin ke sini saya merasa menulis adalah jati diri saya. Sesuatu yang tidak bisa saya lepaskan tanpa membuang seluruh keberadaan saya. Saya selalu mencoba menulis beberapa paragraf setiap harinya dan saya tidak bisa tidak melakukannya. Rasanya sangat aneh dan saya selalu merasa seperti kehilangan sesuatu. Sama seperti sisi reader dalam diri saya yang selalu harus membawa minimal satu buku di dalam tas setiap kali bepergian, saya tidak bisa hidup tanpa menulis.