Sunday, May 8, 2016

Beyond the Wall

Sepertinya blog ini baru saya update kalau ada buku baru saya yang diterbitkan. Maafkan saya, blog...

Jadi, buku baru saya yang terbit kali ini bertema fantasi. Aneh kan? Kok saya bisa nyasar nulis fantasi? Sebenarnya sih karena beberapa tahun belakangan ini saya kebanyakan baca buku fantasi. Akhirnya kepincut juga pengen nulis cerita fantasi.


The Wall sudah menyegel lahan Negara Maronca sejak ratusan tahun yang lalu. Anna sudah terbiasa melihat dinding sihir itu dari sebelah rumahnya. Sampai suatu hari... ia dengan tanpa sengaja memasuki dunia di balik The Wall, dunia berbeda yang penuh sihir.

Di sisi lain, kerajaan kuno yang memerintah kehidupan di dalam The Wall sedang menghadapi krisis. Mereka yang ingin merebut kekuasaan mulai menunjukkan kelicikan dan kepandaian masing-masing. Karena putra mahkota kerajaan tidak bisa diandalkan, Putri Iris terpaksa maju sebagai penyusun rencana. Tapi ia punya agenda sendiri dalam politik pemerintahan dan ia membutuhkan seorang mata-mata rahasia yang dikabarkan tinggal di tempat tersembunyi.

Lalu seorang pengembara datang dari negeri terjauh. Dia mengaku bernama Rev. Anehnya, dia langsung setuju membantu membebaskan tahanan kerajaan, sekalipun itu berarti ia melanggar hukum.

Saat perang muncul ke permukaan, tidak ada seorang pun yang siap menghadapinya.

Cover-nya melambangkan The Wall yang ada di buku ini The Wall sendiri merupakan batas penjara sihir yang tidak bisa dimasuki. Boleh dibilang cover-nya cukup mewakili cerita utamanya. Warnanya juga tipe saya banget. Hijau kelam gitu.

Seperti kebiasaan saya selama ini, saya selalu menulis cerita yang tokohnya banyak. Jujur, saya juga tidak menyangka ceritanya bakal jadi panjang dan rumit. Sebenarnya buku ini bakal ada lanjutannya, tapi tidak tahu bisa diterbitkan atau tidak. Haha...

Ayo, dibaca! Semoga isinya bisa menghibur dan bikin penasaran. :D

TRIVIA

1.   Seri buku ini bernama Achlodia, diambil dari nama bunga dalam cerita ini.
2.   Ide ceritanya muncul saat saya sedang menonton Elizabeth: The Golden Age.
3.   Saya menulis buku ini tanpa kerangka cerita, hanya mengalir apa adanya tanpa rencana. Saya baru mulai menyusun idenya secara rinci setelah selesai menulis setengahnya.
4.   Salah satu tokoh utama yang meninggal di buku ini ditambahkan setelah seluruh ide buku pertama ini selesai. Alasannya karena saya merasa ceritanya kurang sedih. Jadi, tokoh itu memang diciptakan hanya untuk mati dan saya menangis sewaktu menulis adegan kematiannya. Tidak tega dan saya mulai suka dengan tokoh itu. #memangsayakejam
5.   Negara Maronca memiliki unsur gabungan dari negara-negara yang pernah saya tinggali: Indonesia, Singapura, dan Australia. Masyarakatnya berbicara bahasa Indonesia sekalipun bahasa nasionalnya adalah bahasa Maronca, seperti orang Singapura yang menggunakan bahasa Inggris sekalipun bahasa nasionalnya adalah bahasa Melayu. Selain itu, setting Kota Edelstein di bayangan saya mirip dengan Kota Melbourne.